JAKARTA - Bentuknya seperti bawang putih, tapi warnanya full hitam. Saat membuka daunnya, kita langsung dibuat heran dengan buahnya yang kenyal seperti dodol. Ini dodol atau bawang? Bisa jadi ini pikiran yang terlintas saat melihat penampakan bawang hitam atau black garlic, produk andalan “Cardimus”.
Di balik keunikan si hitam manis ini, ternyata banyak manfaat kesehatan yang dimiliki. Tak heran, dalam sebulan, para konsumen sudah mengantre untuk memsan black garlic. Volume produksi “Cardimus” bahkan bisa mencapai 2,5 ton per bulan, dengan perkiraan keuntungan bersih mencapai Rp 400 juta per bulan. Apa rahasia suksesnya?
Fatimah, sang pemilik brand, bercerita ini semua berawal dari panggilan untuk “pulang” ke almamaternya, IPB. Perempuan yang lama berkarier sebagai karyawan swasta ini pun memutuskan serius mengembangkan usaha.
Bersama sang suami yang juga adalah lulusan IPB, mereka mengembangkan Toko “Serambi Botani” milik kampus tersebut. Produk yang dijual toko ini merupakan hasil penelitian para dosen IPB yang kemudian dijual untuk konsumen umum.
Pada tahun 2010, Fatimah bertemu dengan seorang pria lanjut usia menawarkan “black garlic”. “Saya coba rasanya bagus, beda dengan yang lain. “Akhirnya kita coba develop lebih serius dan penerimaannya bagus sekali di konsumen, growth-nya sangat besar,” ungkap Fatimah.
Dia menjelaskan black garlic atau bawang hitam yang memiliki segudang khasiat yang baik untuk tubuh, sebenarnya adalah bawang putih yang difermentasi dalam periode waktu dan suhu tertentu. Sehingga, hasil fermentasi membuat bawang berwarna hitam menyeluruh dengan tekstur seperti dodol. Rasanya pun berubah menjadi asam manis.
Secara umum, bawang hitam ini ternyata memiliki segudang khasiat, seperti meningkatkan fungsi otak dan memori, membantu mengontrol gula darah, serta relatif aman dikonsumsi oleh penderita asam lambung.
Pada tahun 2015, Fatimah memutuskan mendirikan perusahaan sendiri di bawah bendera PT Alam Scientia dengan brand utama adalah “Cardimus”. Bisnis pun berkembang pesat hingga akhirnya memiliki pabrik sendiri di Ciawi, Bogor. Cardimus kini memiliki 12 orang pekerja tetap dan puluhan orang lain yang bekerja sebagai pekerja harian.
Tak hanya menjual bawang hitam, Fatimah juga mengembangkan varian produk lainnya seperti ekstrak bawang hitam. Dia terinspirasi dengan penelitian di Korea dan Tiongkok yang menyebutkan ekstrak bawang hitam bisa membantu meringankan radang tenggorokan hingga untuk terapi liver.
Cardimus juga mengembangkan varian pasta hingga suplemen kesehatan karena melihat tren konsumsi anak-anak muda.
Tembus pasar global berkat belajar dan berjejaring
Di tengah berbagai tantangan yang ada, Fatimah tetap memperlebar jangkauan pasar “Cardimus” di tingkat global. Cardimus saat ini sudah mengekspor ke sejumlah negara seperti Brunei Darussalam, Australia, Malaysia, dan Singapura.
Sebagai orang yang lama bekerja di korporat, Fatimah mengaku sangat terbantu dengan pendampingan yang dilakukan oleh Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC). Melalui pelatihan SETC, Fatimah mengaku mendapat banyak ilmu termasuk tips menembus pasar ekspor hingga pengembangan sumber daya manusia. Fatimah juga mendapat bantuan SETC saat mengikuti China International Import Export tahun 2023.
“Pada saat itu karena track record kami cukup bagus, akhirnya kami ajukan pendanaan untuk tiket pesawat, akomodasi, dan lain-lain di-support oleh SETC. Kami sebagai pengusaha UMKM juga sangat perlu pendampingan, di-upgrade lagi ilmunya. Walau usia saya sudah segini, tapi belajar itu penting dan networking yang kedua,” ucap perempuan berusia 60 tahun ini.
Sejak bergabung dengan SETC, Cardimus selalu hadir dalam gelaran Pesta Rakyat untuk Indonesia, yang merupakan kolaborasi bagi pengusaha UMKM dan masyarakat untuk saling terhubung, belajar, dan berkembang. Tahun ini, Pesta Rakyat untuk Indonesia 2025 digelar dalam perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 dan merayakan 112 tahun kiprah Sampoerna di Indonesia.
Cardimus bersama banyak booth UMKM binaan SETC menambah kemeriahan hajatan para pengusaha UMKM ini di Smesco Indonesia, Jakarta. Ratusan UMKM ini merupakan bagian dari program keberlanjutan “Sampoerna untuk Indonesia”.
Sampoerna berkomitmen untuk mengembangkan UMKM melalui program Sampoerna Retail Community (SRC) dan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) di bawah Payung Program Keberlanjutan “Sampoerna untuk Indonesia”. Program SRC membina lebih dari 250.000 toko kelontong tradisional di seluruh Indonesia melalui pelatihan, digitalisasi, serta integrasi teknologi untuk meningkatkan omzet dan daya saing.
Selain itu, melalui program SETC, Sampoerna telah melatih lebih dari 97.000 peserta, membina 1.600 UMKM, dengan lebih dari 200 UMKM berhasil ekspor. Didukung dengan fasilitas pelatihan seluas 27 hektare di Pasuruan, Jawa Timur, SETC menjadi pusat pengembangan UMKM yang berdaya saing global.
Kepada para pengusaha UMKM lain yang tengah merintis bisnis, Fatimah punya pesan khusus. “Pertama harus punya mindset untuk maju, punya impian untuk bisa. Misal, saya harus bisa ekspor ke sana, enggak boleh menyerah, meski kerap kali enggak dapet, tapi harus terus berusaha, gunakan seluruh hati dan pikirin untuk mencapai tujuan,” ucap dia.