Sampoerna Mendemonstrasikan Komitmen Bagi Kinerja, Operasional Bisnis Serta Kontribusi di Tengah Tantangan Pandemi COVID-19

Sampoerna mendukung upaya pemerintah dalam menanggulangi pandemi dan menggerakkan roda perekonomian di tingkat daerah dan nasional, termasuk menjaga kelangsungan segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang memiliki dampak luas terhadap penciptaan lapangan pekerjaan.

JAKARTA, 18 September 2020 – PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (“Sampoerna” atau “Kode Saham: HMSP) telah membuktikan komitmennya dalam mengelola kinerja dan menangani operasional perusahaan sepanjang 2019 dan semester I 2020. Berbagai inisiatif telah dilakukan untuk menghadapi berbagai tantangan yang terjadi selama periode tersebut, termasuk pandemi Coronavirus Disease (COVID-19). 

Presiden Direktur Sampoerna, Mindaugas Trumpaitis mengatakan Perseroan memahami bahwa akhir dari pandemi COVID-19  yang berpengaruh pada perlambatan ekonomi, masih tak menentu. Kendati demikian, industri hasil tembakau (IHT) harus terus bergerak, sehingga turut mendorong aktivitas sosio-ekonomi dan terus mempertahankan kontribusinya kepada perekonomian nasional. Sampoerna juga tetap mewaspadai berbagai dampak lanjutan dari pandemi yang terjadi secara global dengan terus beradaptasi dengan perkembangan situasi, serta menciptakan terobosan dan inovasi di dalam perjalanan bisnisnya untuk mengokohkan kepemimpinan perusahaan.

“Sampoerna menyadari pandemi COVID-19 ini merupakan tantangan yang berdampak langsung baik pada publik maupun dunia usaha Indonesia. Untuk industri rokok, kenaikan tarif cukai rata-rata 24% dan harga jual eceran sebesar 46% - yang berlaku pada 2020 - serta pandemi COVID-19 menjadi dua faktor utama yang memberikan dampak signifikan pada kinerja industri ini yang telah menyebabkan penurunan volume penjualan hingga dua digit,” kata Mindaugas saat Paparan Publik secara Virtual, Jumat, (18/9).

Selama semester I 2020, volume industri mengalami penurunan sebesar 15%, tidak termasuk dampak dari estimasi pergerakan inventaris perdagangan, dimana penurunan tersebut secara umum terjadi pada segmen pajak Golongan 1. Daya beli konsumen yang lebih rendah memiliki tren penurunan yang yang kian cepat, yaitu penurunan konsumsi dari produk dengan pajak dan harga yang lebih tinggi (tingkat pajak Golongan 1) menjadi produk dengan pajak lebih rendah dan akibatnya dijual dengan harga yang lebih rendah (tingkat Pajak Golongan 2 dan Golongan 3).

Tak terelakkan lagi, Sampoerna menghadapi tantangan selama masa puncak pandemi, khususnya pada kuartal II 2020. Berbagai tantangan selama periode April-Juni 2020 menyebabkan koreksi terhadap kinerja perseroan. Sepanjang semester I 2020, total pangsa pasar perusahaan mencapai 29,3% atau turun 3,1 percentage point, sementara volume pengiriman 38,5 miliar batang mencerminkan penurunan sebesar 18,2%.

“Di tengah tantangan tersebut, Sampoerna menyesuaikan strategi perusahaan untuk mempertahankan daya saing bisnisnya dan menjawab tren yang berubah,” kata Mindaugas. 

"Sebagai contoh, kami meluncurkan produk SKM tar tinggi untuk merespon pergeseran permintaan ke produk tar yang lebih tinggi."

Mindaugas menjelaskan bahwa sepanjang 2019, pangsa pasar SKT Sampoerna - dengan merek-merek besar seperti Dji Sam Soe (“Raja Kretek”) dan Sampoerna Kretek - adalah 36,3%, sedangkan pangsa pasar Sigaret Putih Mesin (SPM) (melalui Produk utamanya Marlboro, merek Philip Morris Indonesia (PMID) yang didistribusikan oleh Sampoerna) dan Rokok Kretek Mesin (SKM) masing-masing sebesar 57,2% dan 29,6%.

Sampoerna berkomitmen untuk terus mendukung pemerintah menciptakan lingkungan bisnis yang lebih kondusif bagi industri tembakau, termasuk perlindungan terhadap bisnis SKT yang merupakan sektor yang paling padat karya. Sampoerna, dengan total karyawan langsung dan tidak langsung sebesar lebih dari 60.000 orang, adalah merupakan produsen SKT terbesar di Indonesia. Sebanyak 50.000 di antaranya merupakan karyawan SKT di 4 pabrik SKT Sampoerna dan 38 Mitra Produksi Sigaret yang tersebar di 27 kota/kabupaten di Pulau Jawa. 

Sepanjang tahun 2015 - 2019, volume penjualan SKT Sampoerna terus terkoreksi dan berdasarkan perhitungan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) 5 tahun, volume penjualan SKT Perseroan rata-rata berkontraksi 5,4% per tahun dari 23,1 miliar batang pada tahun 2015 menjadi 18,4 miliar batang rokok pada tahun 2019. 

“Kunci utama untuk melindungi segmen SKT yang padat karya adalah dengan membuat kebijakan cukai yang mendukung daya saingnya dibandingkan rokok mesin, baik SKM maupun SPM, yang jauh lebih sedikit menyerap tenaga kerja. Untuk itu, kami berharap ada keberpihakan bagi segmen SKT dengan tidak menaikkan tarif cukai dan Harga Jual Eceran (HJE) untuk 2021. Ini menjadi teramat penting selama berlangsungnya krisis ekonomi yang melanda Indonesia akibat pandemi COVID-19. Selain sebagai segmen padat karya, keberadaan pabrik SKT juga memiliki multiplier effect yang signifikan di bidang sosial dan ekonomi di wilayah lokasi pabrik,” kata Mindaugas. “Untuk segmen rokok mesin, kami mengusulkan kenaikan pajak yang sesuai dengan inflasi dan kebijakan tarif menurut kategori yang ditetapkan untuk tarif downtrading dari segmen Golongan 1 Pajak Tinggi menjadi segmen Golongan 2 dan Golongan 3. Kami meyakini bahwa pemerintah dapat mengoptimalkan Penerimaan Perpajakannya dari produk-produk tembakau,” Mindaugas melanjutkan.

Sampoerna senantiasa berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah dalam menghadapi pandemi COVID-19 dan menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Hal ini dilakukan melalui berbagai inisiatif yang ditujukan kepada para pemangku kepentingan, termasuk karyawan, mitra usaha, dan masyarakat luas. 

Tentang PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna)

Didirikan pada tahun 1913, Sampoerna – yang merupakan afiliasi dari Philip Morris International Inc. – adalah perusahaan tembakau terkemuka di Indonesia, dengan kegiatan utama berfokus pada produksi dan penjualan rokok kretek. Sampoerna memproduksi sejumlah merek rokok kretek yang terkenal seperti Sampoerna A, Raja Kretek legendaris Dji Sam Soe, Sampoerna U, dan Sampoerna Kretek. Sampoerna juga mendistribusikan merek rokok Marlboro di seluruh Indonesia melalui perjanjian distribusi jangka panjang dengan PT Philip Morris Indonesia.

Sampoerna memiliki dan mengoperasikan enam pabrik yang berlokasi di Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, Malang, dan Karawang. Sampoerna juga bekerja sama dengan 38 Mitra Produksi Sigaret di Pulau Jawa – dengan total jumlah tenaga kerja sekitar 60.000 karyawan, yang sebagian besar bekerja di lini produksi Sigaret Kretek Tangan. Sampoerna mendistribusikan produknya melalui 112 kantor area penjualan dan distribusi di seluruh Indonesia.

Sampoerna merupakan salah satu emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia. Saham Sampoerna diperdagangkan dengan kode saham “HMSP”.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi:  www.sampoerna.com

***

Kontak Media:
Nazrya Octora 
External Communications Manager
PT HM Sampoerna Tbk. 
Mobile :  08118515044
Email : contact@sampoerna.com